Kamis, 19 November 2009

puisi

Kepada Seorang Ayah yang berbahagia,

wpe1.jpg (5799 bytes)
Koleksi Photo Jim Henry

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu

puisi

tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....

Selasa, 10 November 2009

Kamis, 05 November 2009

Cerita Persahabatan

Persahabatan Sejati
 


 

oleh: Nengah Santa (nengahsanta@yahoo.com), 07 Mei 2006

Dalam persahabatan sejati tidak mengenal batas-batas siapa orangnya, darimana asalnya, apa agamanya, apa ediologinya, apa warna kulitnya, apa jenis kelaminnya, berapa umurnya dan apa bahasanya. Persahabatan sejati hanya mengenal satu hal yang sama yaitu warna darah yang sama.

Sejak kecil, manusia sudah dididik untuk bersahabat, mencari teman. Persahabatan lama-kelamaan berkembang setelah masuk bangku sekolah. Mereka mengenal teman dari berbagai daerah. Demikian berlanjut mereka akan mengenal persahabatan yang lebih jauh sejalan dengan semakin jauh mereka mengenyam pendidikan.

Ketika mereka bekerja, manusia akan mulai banyak bersahabat dengan berbagai karakter orang. Persahabatan akan jauh lebih indah lagi jika sudah melampui batas-batas negara. Bagi orang yang sudah merasakan ini, mereka tidak lagi melihat perbedaan yang ada. Yang ada dalam hati mereka adalah bahwa kita adalah manusia yang sama dengan warna darah yang sama: merah. Belum pernah saya mendengar Tuhan ada menciptakan manusia di bumi dengan warna darah yang berbeda. Inilah yang mesti di syukuri kodrat kita sebagai manusia. Dan jadikanlah ini sebagai bagian benih-benih untuk menumbuhkan persahabatan sejati.

Jika anda sudah bisa merasakan persahabatan sejati, anda tidak pernah merasa tersesat dimanapun anda berada di muka bumi ini. Anda akan merasakan pelukan kasih sayang yang sama. Anda akan merasakan keramahan yang sama. Anda akan mendapatkan kegembiraan yang sama. Anda akan merasa senasib. Anda tidak akan pernah merasa sendiri. Anda tidak kesulitan untuk mendapatkan pertolongan. Anda tidak akan kesulitan minta bantuan.

Jadi akan terasa aneh jika baru bisa merasakan persahabatan sejati setelah melampui batas-batas Negara. Jika pandangan dipersempit, hanya melihat batas Negara di Indonesia misalnya, sepertinya persahabatan sejati sudah mulai pudar. Memudarnya persahabatan sejati ini tidak terlepas dari tumbuh suburnya paham sektarian yang sempit pada era belakangan ini. Paham ini telah menyatakan dirinya paling benar dan paling besar. Yang lain sepertinya dilihatnya sangat hina. Paham pluralisme sudah dicampakkan begitu saja. Mereka lebih banyak bicara atas nama suku atau daerah. Mereka lebih senang jika berada dalam satu paham agama. Tumbuh suburnya berbagai organisasi yang mengatas namakan suku, daerah atau agama mengindikasikan hal tersebut. Organisasi tersebut tidaklah salah. Yang salah adalah mereka sudah larut ke dalam bentuknya tanpa mau lagi melebur dengan yang lainnya.

Kondisi ini sangatlah menyakitnya, terlebih jika dibiarkan tumbuh subur dimasa yang akan datang. Bukankah para pendahulu kita telah menciptakan suatu paham kebersamaan dan kebangsaan melalui ideologi Pancasila? Bukankah sebelumnya jelas-Jelas dimunculkan jiwa persatuan seperti yang terucap: Bhinneka Tunggal Ika?

Semua harus cepat sadar dengan kenyataan ini. Jangan biarkan ini berlalu menuju ke jurang perpecahan dan kehancuran. Tekad harus tetap ditanamkan bahwa kita adalah manusia yang sama. Tumbuhkan kembali hidup dalam suasana persahabatan.

Rabu, 04 November 2009

Maliq & D'Essentials : Dia Lyrics

Temukan apa arti di balik cerita
hati ini terasa berbunga-bunga
membuat seakan aku melayang terbuai asmara

adakah satu arti dibalik tatapan
tersipu malu akan sebuah senyuman
membuat suasana menjadi nyata
begitu indahnya

dia seperti apa yang selalu kunantikan, akuinginkan
dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna

tanpa buai kata tercuri hatiku
dia tunjukan dengan tulus cintanya
terasa berbeda
saat bersamanya
aku jatuh cinta

dia seperti apa yang selalu kunantikan, kuinginkan
dia oh dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna
dia seperti apa yang selalu kunantikan, akuinginkan
dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna

dia bukakan pintu hatiku yang lama tak bisa
percayakan cinta hingga dia disni
memberi cinta ku harapan

dia seperti apa yang selalu kunantikan, akuinginkan
dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna
dia seperti apa yang kunantikan, akuinginkan
dia dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna

give me your love
give me your love now
so come on and love me
come on and love me